Pergerakan Kebangsaan Indonesia

Pada Artikel kali ini akan membahas wacana Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Masa Awal (Perkembangan) Pergerakan Nasional (Tahun 1900-an), Masa Radikal (Tahun 1920 – 1927-an), Masa Moderat (Tahun 1930-an).
Masa pergerakan kebangsaan Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan modern. Masa pergerakan kebangsaan tersebut dibedakan menjadi 3 masa, yakni masa awal (perkembangan) pergerakan nasional, masa radikal, dan masa moderat.

1. Masa Awal (Perkembangan) Pergerakan Nasional (Tahun 1900-an)

a. Budi Utomo

Budi Utomo berdiri atas prakarsa dari Dokter Wahidin Sudirohusodo yang beropini bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang maju pendidikan harus diperluas. Pendidikan ini sanggup dilaksanakan dengan usaha sendiri tanpa menuntut pemerintah kolonial.

Adapun caranya dengan membentuk Dana Pelajar. Gagasan Dokter Wahidin Sudirohusodo ini pun menerima tunjangan dari masyarakat luas.

Pada selesai tahun 1907 Dr. Wahidin Sudirohusodo berpidato memberikan gagasan ini di depan mahasiswa Stovia (Sekolah Dokter Pribumi) di Jakarta. Pidato Dr. Wahidin Sudirohusodo menerima jawaban positif dari mahasiswa Stovia.

Kemudian Sutomo seorang mahasiswa Stovia segera mengadakan pertemuan dengan teman-temannya guna membicarakan usaha memperbaiki nasib bangsa. Pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908, Sutomo beserta kawan-kawannya berkumpul di Jakarta dan setuju mendirikan Budi Utomo yang berarti “usaha mulia”. Tujuan Budi Utomo ialah mencapai kemajuan dan meningkatkan

Terbentuknya Kesadaran Nasional dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia 107 derajat bangsa melalui pendidikan dan kebudayaan.

Para mahasiswa Stovia yang tergabung di dalam Budi Utomo antara lain Sutomo sebagai ketua, M. Suradji, Muhammad Saleh, Ms. Suwarno, Sulaiman, Gunawan Mangunkusumo, Muhammad Sulaiman, dan Gumbreg.

Pada tanggal 5 Oktober 1908 Budi Utomo mengadakan kongres di Jogjakarta. 
Kongres tersebut menghasilkan keputusan:
  1. Budi Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik.
  2. Bergerak di bidang pendidikan sebagai sentra pergerakan.
  3. Jogjakarta ditetapkan sebagai sentra pergerakan.
  4. Wilayah pergerakan terbatas di Jawa dan Madura.
  5. RT. Tirto Kusumo (Bupati Karanganyar).

Sejak tahun 1915 kegiatan Budi Utomo berubah tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, tetapi bergerak dalam bidang politik.  
Kegiatan Budi Utomo dalam bidang politik ialah sebagai berikut.
  1. Ikut duduk dalam Komite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) dari Indonesia.
  2. Ikut mengusulkan dibentuknya Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad).
  3. Tokoh Indonesia yang ikut duduk dalam Volksraad, yaitu S. Suryokusuma.
  4. Merencanakan kegiatan politik untuk mewujudkan pemerintahan tubuh legislatif menurut kebangsaan.
  5. Ikut bergabung ke dalam Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang diprakarsai oleh Bung Karno pada tahun 1927.
  6. Bergabung dengan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra) tahun 1935. Karena sebagai organisasi modern yang pertama kali muncul di Indonesia, maka pemerintah RI memutuskan tanggal berdirinya Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

b. Sarekat Islam

Pergerakan ini pada mulanya berjulukan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1911. Tujuannya ialah memperkuat persatuan pedagang pribumi biar bisa bersaing dengan pedagang absurd terutama pedagang Cina. Namun pada tanggal 10 September 1912 SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI).

Tujuan pergantian nama ini didasarkan atas pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:
  1. Ruang gerak pergerakan ini lebih luas, tidak terbatas dalam duduk kasus perdagangan melainkan juga bidang pendidikan dan politik.
  2. Anggota pergerakan ini tidak hanya terbatas dari kaum pedagang, tetapi kaum Islam pada umumnya. SI ialah organisasi yang bercorak sosial, ekonomi, pendidikan, dan keagamaan, namun dalam perkembangannya SI juga bergerak di bidang politik. SI tumbuh sebagai organisasi massa terbesar pertama kali di Indonesia.

Pada tanggal 20 Januari 1913 Sarekat Islam mengadakan kongres yang pertama di Surabaya. Dalam kongres ini diambil keputusan bahwa:
  1. SI bukan partai politik dan tidak akan melawan pemerintah Hindia Belanda.
  2. Surabaya ditetapkan sebagai sentra SI.
  3. HOS Tjokroaminoto dipilih sebagai ketua.
  4. Kongres pertama ini dilanjutkan kongres yang kedua di Surakarta yang menegaskan bahwa SI hanya terbuka bagi rakyat biasa. Para pegawai pemerintah dihentikan menjadi anggota SI lantaran dipandang tidak sanggup menyalurkan aspirasi rakyat. 

Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres SI yang ketiga di Bandung. Dalam kongres ini SI sudah mulai melontarkan pernyataan politiknya. SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka). Tahun 1917 SI mengadakan kongres yang keempat di Jakarta.

Dalam kongres ini SI menegaskan ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres ini SI mendesak pemerintah biar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). SI mencalonkan H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakilnya di Volksraad.

Antara tahun 1917–1920 perkembangan SI sangat terasa pengaruhnya dalam dunia politik di Indonesia. Corak demokratis dan kesiapan untuk berjuang yang dikedepankan SI, ternyata dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh sosialis untuk membuatkan anutan Marxis.

Bahkan beberapa pimpinan SI menjadi penggerak anutan Marxis (sosialis) di Indonesia dan berhasil menghasut sebagian anggota SI. Pemimpin-pemimpin SI yang merupakan penggerak anutan Marxis (sosialis) di antaranya Semaun dan Darsono.

Sebagai akhir masuknya paham sosialis ke tubuh SI yang dibawa Sneevliet melalui Semaun CS, pada tahun 1921 SI pecah menjadi dua:

1) SI sayap kanan atau SI Sayap putih
SI ini tetap berlandaskan nasionalisme dan keislaman. Tokohnya HOS Cokroaminoto dan H. Agus Salim serta Surya Pranoto. Pusatnya di Jogjakarta.

2) SI sayap kiri atau SI sayap merah 
SI ini berhalauan sosialis kiri (komunis) yang nantinya menjadi PKI. Tokohnya Semaun. Adapun pusatnya di Semarang.

Pada Kongres nasional SI ketujuh di Madiun tahun 1923 SI diganti menjadi PSI atau Partai Sarekat Islam. Tujuannya untuk menghapus kesan SI dari dampak sosialisme kiri. Tahun 1929 Partai Sarekat Islam (PSI) diganti lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

c. Muhammadiyah

Muhammadiyah berdiri di Jogjakarta pada tanggal 18 Nopember 1912. Pendirinya K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah merupakan organisasi yang berasaskan Islam dan berhaluan nonpolitik. Kegiatannya selain dalam bidang agama juga bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan budaya.

Tujuan organisasi ini ialah mewujudkan umat Islam yang cerdas dan berwawasan kebangsaan. Pada tahun 1918 kaum perempuan Muhammadiyah juga mendirikan Aisyiah. Tujuan Aisyiah ialah meningkatkan tugas Muhammadiyah dalam mewujudkan tujuan Muhammadiyah pada umumnya.

Kegiatan Aisyiah hampir sama dengan Muhammadiyah, yaitu bergerak dalam bidang pendidikan, sosial dan budaya. Untuk mencapai tujuannya, Muhammadiyah mendirikan forum pendidikan, sosial, masjid, dan penerbitan. Selain itu, Muhammadiyah mengadakan banyak sekali bentuk pertemuan yang membahas masalah- duduk kasus Islam.

Meskipun tidak menempuh jalur politik, Muhammadiyah bisa menarik banyak pendukung. Muhammadiyah mempunyai cabang yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara dan amat berperan dalam memajukan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.

d. Indische Partij (IP)

Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Pendiri IP populer dengan sebutan tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker (ketua), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (wakil ketua).

Indische Partij ialah organisasi pergerakan nasional Indonesia pertama kali yang terang-terangan bergerak di bidang politik. Tujuan Indische Partij, yaitu menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme untuk memajukan tanah air yang dilandasi jiwa nasional serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.

Dalam kegiatan kerjanya ditetapkan langkah-langkah untuk menyukseskan Indische Partij yaitu:
  1. Meresapkan impian kesatuan nasional Indonesia.
  2. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan.
  3. Memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan agama yang lain.
  4. Memperbesar dampak pro Hindia (Indonesia) di dalam pemerintahan.
  5. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Indonesia, terutama memperkuat mereka yang ekonominya lemah.

2. Masa Radikal (Tahun 1920 – 1927-an)

Perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah pada era XX disebut masa radikal lantaran pergerakan-pergerakan nasional pada masa ini bersifat radikal/keras terhadap pemerintah Hindia Belanda. Mereka memakai asas nonkooperatif.

Organisasi-organisasi yang bersifat radikal adalah:

a. Perhimpunan Indonesia (PI)

Organisasai ini pada mulanya berjulukan Indische Vereeniging yang berdiri di negeri Belanda pada tahun 1908. Organisasi ini dipelopori oleh para mahasiswa Indonesia yang sedang mencar ilmu di Belanda.

PI pada mulanya bergerak di bidang sosial, tahun 1922 namanya diganti menjadi Indonesia Vereeniging. Tokoh-tokoh pendiri Perhimpunan Indonesia antara lain R.P. Sosro Kartono, R.Husein Djoyodiningrat, R.M Noto Suroto, Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley.

Di samping bergerak di bidang sosial, organisasi ini merambah ke dunia politik. Untuk menyalurkan gagasannya mereka menerbitkan majalah Hindia Putra. Kegiatan ini makin radikal sehabis tahun 1924 berganti nama Perhimpunan Indonesia (PI).

Kemudian majalah Hindia Putra diganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Tokohnya yang populer terutama Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo.

PI banyak menulis artikel usaha di Indonesia Merdeka. Perhimpunan Indonesia juga mendatangi kongres-kongres di luar negeri untuk memperoleh dukungan. Perhimpunan Indonesia di bawah pimpinan Moh. Hatta diakui oleh organisasi lain di Indonesia sebagai penggerak dalam usaha diplomasi ke luar negeri.

Aktivitas Mandiri Untuk menambah pengetahuan kalian, coba jelaskan mengapa Douwes Dekker yang bahwasanya masih keturunan Belanda bersimpati terhadap usaha bangsa Indonesia.

Serasi (Serba-serbi Sosial) Gagasan kemerdekaan Indonesia yang disampaikan Perhimpunan Indonesia mendorong munculnya beberapa organisasi di Indonesia, menyerupai Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Jong Indonesia (pemuda Indonesia), dan partai Nasional Indonesia (PNI).

Terbentuknya Kesadaran Nasional dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia 111 Dalam pertemuan-pertemuan yang dihadirinya ditegaskan wacana tuntutan Indonesia merdeka, menyerupai pada Kongres Liga Demokrasi Internasional pertama di Paris tahun 1926 dan Kongres Liga Demokrasi Internasional kedua tahun 1927 di Berlin yang menyokong usaha untuk kemerdekaan Indonesia.  

Keyakinan yang dikembangkan untuk mencapai tujuan itu adalah:
  • Perlunya persatuan seluruh tanah Indonesia.
  • Perlunya mengikutsertakan seluruh tanah air Indonesia.
  • Adanya perbedaan kepentingan antara penjajah dan yang dijajah maka mustahil adanya kolaborasi (non kooperatif).
  • Perlunya kolaborasi dan segala cara harus dilakukan untuk memulihkan jiwa dan raga kehidupan bangsa Indonesia yang rusak akhir penjajahan. 

Karena kegiatan Perhimpunan Indonesia tidak disukai oleh Belanda, maka pada bulan September 1927 pemimpin-pemimpin Perhimpunan Indonesia ditangkap dan diadili. Pemimpin tersebut antara lain Mohammad Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali Sastroamidjoyo, dan Abdul Madjid Djojodiningrat.

Dalam pengadilan di Deen Haag bulan Maret 1928 Moh Hatta mengajukan pembelaan dengan judul Indonesia Vrij (Indonesia Merdeka). Keempat tokoh tersebut jadinya dibebaskan lantaran tidak terbukti bersalah, tetapi Belanda tetap mengawasi dengan ketat kegiatan Perhimpunan Indonesia.

b. Partai Komunis Indonesia (PKI)

Ajaran komunis masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Belanda, yaitu H.J.F.M. Sneevliet, yang bekerja pada sebuah surat kabar di Semarang. H.J.F.M. Sneevliet mendirikan partai yang berhaluan komunis dengan nama Indische Social Democraties The Vereeniging (ISDV).

Namun ternyata, anutan komunis kurang menerima respons dari masyarakat, sehingga merubah seni administrasi penyebarluasan dampak dengan melaksanakan penyusupan ke organisasi-organisasi yang telah ada.

Salah satu korban penyusupan komunis ialah SI, melalui tokoh Semaun dan Darsono. Akhirnya pada tanggal 23 Mei 1920 dibentuklah organisasi dengan nama Partai Komunist Hindia yang pada bulan Desember tahun yang sama namanya dirubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tanggal 16 Desember 1926 PKI melaksanakan pemberontakan di banyak sekali daerah di Pulau Jawa.

Tapi berhasil dipadamkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Adapun di Sumatra Barat, pemberontakan PKI gres meletus pada tanggal 1 Januari 1927, tetapi dalam waktu tiga hari pemberontakan tersebut sanggup dipadamkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Akibat pemberontakan yang gagal ini pemerintah kolonial makin bertindak keras dan tegas terhadap organisasi-organisasi pergerakan nasional yang ada pada ketika itu.

c. Nahdatul Ulama

Pendiri NU ialah K.H. Hasyim Asy’ari dari Pondok Pesantren Tebu Ireng. NU berdiri pada tanggal 31 Januari 1926. NU bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan budaya. Tujuannya ialah mencerdaskan umat Islam dan menegakkan syariat agama Islam menurut Mazhab Syafi’i.

Selain bergerak dalam bidang agama pendidikan, sosial, dan budaya NU juga bergerak dalam bidang politik. Hal tersebut sanggup dilihat dari kegiatannya yaitu mendorong kepada rakyat untuk memperoleh kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1946 NU menyatakan sebagai organisasi sosial politik.

d. Partai Nasional Indonesia (PNI) 

Organisasi ini semula berjulukan Perserikatan Nasional Indonesia. PNI berdiri di Bandung pada tangal 4 Juli 1927. Pendirinya ialah Ir. Soekarno, Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskaq Cokroadisuryo, Mr. Sunaryo, M. Budiarto, dan dr. Samsi.

Dalam kongres Perserikatan Nasional yang pertama di Surabaya, Perserikatan Nasional Indonesia diubah namanya menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).

Tujuannya ialah mencapai Indonesia Merdeka atas usaha sendiri. Adapun ideologinya ialah marhaenisme, bersifat mandiri, dan nonkooperatif. Sebagai wadah persatuan politik yang ada di Indonesia pada tanggal 17 Desember 1927 diselenggarakan kongres pertama dengan tujuan biar langkah dan usaha partai-partai yang ada seragam.

Dalam kongresnya di Surabaya pada tahun 1928 PNI berhasil menyusun kegiatan kegiatan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial.

1) Dalam bidang politik

  • Memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan.
  • Pan Asianisme (memperkuat relasi dengan bangsabangsa Asia yang masih terjajah).
  • Menuntut kebebasan pers, berserikat, dan warga negara.
  • Menyebarkan pengetahuan sejarah nasionalisme untuk membuatkan nasionalisme.

2) Dalam bidang ekonomi

  • Mengajarkan prinsip perekonomian nasional berdikari, membantu pengembangan perindustrian dan perdagangan nasional.
  • Mendirikan bank nasional dan koperasi untuk mencegah riba.

3) Dalam bidang sosial

  • Memajukan pengajaran nasional.
  • Memperbaiki kedudukan perempuan dengan manganjurkan monogami.
  • Memajukan serikat buruh, serikat tani, dan pemuda.
Pesatnya perkembangan PNI mengakibatkan Belanda khawatir. Dengan alasan PNI akan mengadakan pemberontakan, maka tokoh-tokoh PNI ditangkap Belanda dan diajukan ke pengadilan kolonial. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya Ir. Soekarno, Markun Sumadiredja, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata.

Dalam pengadilan di Bandung, Ir. Soekarno membacakan pembelaannya yang sangat populer dengan judul “Indonesia Menggugat”. Bulan April 1930 Ir. Soekarno dijatuhi sanksi 4 tahun penjara dan di penjara di Sukamiskin Bandung, sedangkan tokoh lainnya dieksekusi antara satu hingga dua tahun. Akhirnya pada tahun 1931 PNI bubar kemudian muncul Partindo dan PNI Baru.

3. Masa Moderat (Tahun 1930-an)

Sejak tahun 1930 organisasi-organisasi pergerakan Indonesia mengubah seni administrasi perjuangannya, mereka memakai seni administrasi kooperatif (bersedia bekerja sama) dengan pemerintah Hindia Belanda.

Sebab-sebab perubahan seni administrasi ini antara lain disebabkan:
  • Terjadinya krisis malaise yang melanda dunia.
  • Sikap pemerintah kolonial makin tegas dan keras terhadap partai-partai yang ada sebagai dampak PKI yang gagal memberontak.

Organisasi-organisasi yang berhaluan moderat antara lain:

a. Partindo 1931

Setelah Ir.Soekarno dan kawan-kawannya ditangkap Belanda, Mr. Sartono dan tokoh PNI yang lepas dari incaran Belanda segera mengadakan kongres luar biasa PNI. Dalam kongres luar biasa ini Mr. Sartono menghendaki PNI dibubarkan dengan alasan biar pergerakan nasional tetap sanggup melanjutkan perjuangannya. Setelah PNI bubar Mr. Sartono mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Asas Partindo nonkooperatif, mandiri, dan kerakyatan.

b. PNI Baru 1931

Dengan dibubarkannya PNI dan berdirinya Partindo mengakibatkan penafsiran yang berbeda-beda di kalangan tokoh PNI sendiri. Kelompok Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan partai gres dengan Nama Partai Nasional Baru (PNI) Baru. PNI gres didirikan di Jogjakarta tahun 1931.

Asas PNI Baru nonkooperatif, mandiri, dan kerakyatan. Tujuan PNI Baru lebih menekankan kepada pendidikan kader dan massa untuk meningkatkan semangat kebangsaan dalam usaha mencapai kemerdekaan Indonesia.

c. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Partai ini didirikan oleh dr. Sutomo tahun 1935. Parindra ialah partai peleburan antara Budi Utomo dan PBI. Tujuan Parindra ialah mencapai Indonesia Raya yang mulia dan sempurna, lantaran bersifat kooperatif, maka Parindra mempunyai wakil-wakil di Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad).

Tokoh Parindra yang duduk di Volkstraad ialah Moh. Husni Tamrin, R. Sukardjo Pranoto, R.P. Suroso, Wiryoningrat, dan Mr. Susanto Tirtoprodjo.

Usaha-usaha yang dilakukan Parindra antara lain:
  1. Membentuk usaha rukun tani.
  2. Mendirikan organisasi rukun tani.
  3. Membentuk serikat pekerja.
  4. Menganjurkan rakyat biar memakai barang-barang produk sendiri dan lain-lain.

d. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)

Gerindo berdiri di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 sebagai akhir bubarnya Partindo. Adapun yang menjabat sebagai ketuanya ialah Adnan Kapau Ghani (A. K. Ghani).

Adapun anggota Gerindo di antaranya ialah anggota-anggota Partindo, yaitu Mr. Moh Yamin, Mr. Amir Syarifudin, Mr. Sartono, S. Mangunsarkoro, Mr.Wilopo, dan Nyonopranoto. Tujuan Gerindo ialah tercapainya Indonesia merdeka. Sikap Gerindo yaitu kooperatif.

e. Gabungan Politik Indonesia (Gapi)

Berdirinya Gabungan Politik Indonesia (Gapi) dilatarbelakangi adanya penolakan petisi Sutarjo dan gentingnya situasi internasional menjelang pecahnya Perang Dunia II. Gapi bukanlah sebuah partai, melainkan hanya sebuah wadah kolaborasi partai-partai.

Gapi berdiri tanggal 21 Mei 1939. Partai-partai yang tergabung dalam Gapi antara lain Gerindo, Parindra, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII dan Persatuan Partai Katholik (PPK).

Gapi menuntut hak untuk memilih nasib dan pemerintahan sendiri. Pada kongres yang pertama tanggal 4 Juli 1939 Gapi menuntut Indonesia berparlemen. Selain organisasi-organisasi menyerupai tersebut di atas masih banyak organisasi kepemudaan dan keagamaan lainnya yang ada dan berkembang pada masa itu antara lain:
  • Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti) tahun 1928.
  • Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) tahun 1937)
  • Jong Islamieten Bond.
  • Sumatra Thawalib, yang lahir di Minangkabau tahun 1918.
  • Persatuan Pemuda Kristen
  • Persatuan Pemuda Katholik.

Baca Juga : Terbentuknya Kesadaran Nasional dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia
LihatTutupKomentar